Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada salah
seorang Nabi yang singgah di bawah pohon, lalu ia digigit oleh seekor semut.
Lalu ia membinasakannya dan mencari tempat persembunyian semut tersebut.
Setelah itu, ia menyuruh untuk membakar tempat tinggal semut tersebut. Kemudian
Allah menanyakan kepadanya : Apakah hanya karena gigitan seekor semut engkau
membakar satu umat yang senantiasa bertasbih, mengapa tidak satu semut saja
yang engkau bunuh?”
(Shahih, HR. Bukhari dan yang lainnya)
Dalam kisah yang lain, Ahmad menceritakan, bahwa Waki’
memberitahukan kami, Mus’ir memberitahu kami, dari Zaid Al-Ami, dari Abu Shadiq
Al-Naji. Dia bercerita, Sulaiman bin Dawud pernah hendak pergi mencari air
(maksudnya : shalat istisqa’, meminta hujan kepada Allah SWT), lalu ia melihat
seekor semut dengan bersandar ke punggungnya dan mengangkat kedua kaki depannya
ke langit mengucapkan, “Sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk dari
makhluk-makhlukMu, kami sangat butuh siraman dan rezekiMu. Baik Engkau akan
mengucurkan air dan rezeki kepada kami atau membinasakan kami.” Kemudian
Sulaiman bertutur (kepada kaumnya), “Kembalilah pulang, kalian akan diberi air
(hujan) melalui do’a dari makhluk selain kalian.” (HR. Imam Ahmad)
Dari kisah tadi, ketika semut membutuhkan bantuan dan
pertolongan, ia meminta kepada Allah semata. Lalu bagaimana dengan kita yang
merupakan makhluk yang paling baik yang telah diciptakan Allah SWT? Kita
senantiasa melupakan Allah SWT karena terlena dengan kenikmatan-kenikmatan
dunia, jarang bersyukur atas karuniaNya, serta jarang berdo’a kepadaNya.
Sebagian besar di antara kita masih saja menyekutukan Allah SWT. Naudzubillah
Hendaknya kita sebagai manusia merasa malu kepada semut yang
selama ini kita anggap sepele, apalagi kepada Allah SWT.
Sudahkah kita hadirkan Allah disegala urusan kita?
Wallahu a’lam
Semoga renungan ini bermanfaat..
0 comments:
Post a Comment